Penduduk, masyarakat
dan kebudayaan adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya
mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Tidak akan pernah ada masyarakat maupun
kebudayaan apabila tidak ada penduduk. Sementara di pihak lain untuk
mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka penduduk membutuhkan
kebudayaan dan masyarakat, yaitu media di mana pendudukdapat mengekspresikan
aspek sosialnya. Di samping itu, penduduk juga membutuhkan kebudayaan yakni
wahana bagi penduduk untuk mengembangkan dan mencapai potensinya sebagai
manusia.
I. Perkembangan penduduk
dunia
Pertumbuhan penduduk
merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah social ekonomi umumnya
dan masalah penduduk khususnya. Karena disamping berpengaruh terhadap jumlah
dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh terhadap kondisi social ekonomi
suatu daerah atau negara bahkan dunia. Adapun perkembangan jumlah penduduk dunia
sejak tahun 1830 sampai sekarang dan perkiraan sampai tahun 2006 adalah sebagai
berikut:
Perkembangan Penduduk
Dunia Tahun 1830-2006 Tahun Jumlah Penduduk Perkembangan per-tahun
1830 1 milyard -
1930 2 milyard 1 %
1960 3 milyard 1,7 %
1975 4 milyard 2,2 %
1987 5 milyard 2 %
1996 6 milyard 2 %
2006 7 milyard 2 %
1930 2 milyard 1 %
1960 3 milyard 1,7 %
1975 4 milyard 2,2 %
1987 5 milyard 2 %
1996 6 milyard 2 %
2006 7 milyard 2 %
Sumber
: Iskandar N. Does Sampurno Masalah Pertambahan Penduduk di Indonesia. Kalau
dilihat dari table diatas pertumbuhan penduduk makin cepat. Penggandaan
penduduk (double population) jangka waktunya makin singkat
II.
Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap perkembangan social
1. Kematian
Ada beberapa tingkat kematian .tetapi disini hanya dijelaskan dua saja yakni:
a) Tingkat kematian kasar (CDR/Crude Death Rate)
Tingkat kematian kasar adalah banyaknya orang yang meninggal pada suatu tahun per jumlah penduduk pertengahan
1. Kematian
Ada beberapa tingkat kematian .tetapi disini hanya dijelaskan dua saja yakni:
a) Tingkat kematian kasar (CDR/Crude Death Rate)
Tingkat kematian kasar adalah banyaknya orang yang meninggal pada suatu tahun per jumlah penduduk pertengahan
b) Tingkat kematian Khusus
Tingkat kematian khusus adalah tingkat kematian menurut umur karena menunjukkan hasil yang lebih teliti..Karena angka ini menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu 1000 penduduk pada kelompok umur yang sama.
Tingkat kematian khusus adalah tingkat kematian menurut umur karena menunjukkan hasil yang lebih teliti..Karena angka ini menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu 1000 penduduk pada kelompok umur yang sama.
2. Fertilitas (kelahiran Hidup) Pengukuran fertilitas tidak
sesederhana dalam pengukuran mortalitas, hal ini disebabkan adanya alasan sbb:
a) Sulit memperoleh angka statistic lahir hidup karena banyak bayi-bayi yang meninggal beberapa saat setelah kelahiran tidak dicatatkan dalam peristiwa kelahiran atau kematian dan sering dicatatkan sebagai lahir mati.
b) Wanita mempunyai kemungkinan melahirkan dari seorang anak (
tetapi meninggal hanya sekali)
c) Mkin tua umur wanita tidaklah berarti,bahwa kemungkinan
mempunyai anak makin menurun
d) Di dalam pengukuran fertilitas akan melibatkan satu orang
saja.Tidak semua wanita mempunyai untuk melakukan.
3.
Migrasi
Migrasi adalah merupakan akibat dari keadaanlingkungan alam yang
kurang menguntungkan. Sebagai akibat dari keadaan alam yang kurang menguntungkan
menimbulkan terbatasnya sumber daya yang mendukung penduduk di daerah tsb.
Langkah-langkah seseorang migran dalam menentukan keputusannya untuk pindah
ke daerah lain atau kawasan lain terlebih dahulu ingin mengetahui lebih dahulu factor-faktor sebagai berikut:
Langkah-langkah seseorang migran dalam menentukan keputusannya untuk pindah
ke daerah lain atau kawasan lain terlebih dahulu ingin mengetahui lebih dahulu factor-faktor sebagai berikut:
- Persediaan sumber alam
- Lingkungan social budaya
- Potensi ekonomi
- Alat masa depan
Pertumbuhan penduduk
Indonesia yang semakin hari menunjukkan,perkembangan yang pesat telah
melahirkan berbagai macam persoalan di Negara ini. Perkembangan penduduk di
Indonesia menyebabkan banyaknya konflik, dimana inti dari permasalahan itu
adalah kuantitas yang terus bertambah yang tidak diikuti oleh sumber daya
manusia yang mendukung. Hal ini menyangkut aspek ekonomi politik sosial bahkan
budaya. Dari segi aspek sosial, menurut persepsi saya, setelah mendengar dan
menyaksikan dari berita, browsing di internet, dan membaca dari surat kabar
atau Koran harian, ternyata aspek sosia lah yang paling besar mendapatkan
dampak dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meledak. Hal ini di
sebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penduduk tanpa di ikuti dengan kualitas dan
kuntitas yang di miliki oleh sumber daya manusia. Berikut sebuah pernyataan
yang saya baca dari Koran harian seputar Indonesia tentang masalah KB, “dengan
klinik kesejahteraan keluarga, pelayanan yang diberikan bukan hanya pelayanan
kontrasepsi melainkan juga konsultasi menyangkut seluruh masalah dasar ibu,
anak, gizi, dan terutama tentang pentingnya program KB dan dampak ledakan
penduduk”. Dari kutipan tersebut kita dapat melihat betapa sesungguhnya dampak
dari pertumbuhan penduduk yang semakin luar biasa akan menimbulkan banyak
sekali konflik dalam ranah kehidupan sosial, seperti kendala yang dihadapi oleh
badan kesejahteraan keluarga berencana (BKKBN) tersebut. Bukan hanya itu saja
pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap perkembangan sosial juga menyebabkan
terjadinya migrasi penduduk. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu
tempat ke tempat lain dengan melewati batas negara atau batas administrasi
dengan tujuan untuk menetap.
1. Piramida Penduduk Komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat
ditampilkan dalam bentuk grafik yang disebut piramida penduduk.
a. Bentuk-bentuk Piramida Penduduk Bentuk
piramida penduduk dibadakan menjadi tiga macam yaitu :
1. Bentuk Limas (Expansive) atau disebut
piramida penduduk muda, menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih banyak dari
pada usia dewasa maupun tua, sehingga pertumbuhan penduduk sangat tinggi,
contohnya: Indonesia, Filipina, Mesir, Nigeria, Brazil.
2. Bentuk Granat (Stationer) atau disebut
piramida penduduk stasioner, menunjukkan jumlah usia muda hampir sama dengan
usia dewasa, sehingga pertumbuhan penduduk kecil sekali, contohnya: Amerika
Serikat, Belanda, Norwegia, Finlandia.
3. Bentuk Batu Nisan (Constructive) atau
piramida penduduk tua, menunjukkan jumlah penduduk usia tua lebih besar dari
pada usia muda, jumlah penduduk mengalami penurunan, contohnya: negara-negara
yang baru dilanda perang. Negara-negara berkembang pada umumnya memiliki
piramida penduduk berbentuk limas, sedangkan negara-negara maju umumnya
berbentuk granat atau batu nisan.
1. Piramida Penduduk
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin dapat ditampilkan dalam bentuk grafik yang disebut piramida penduduk.
Ciri-ciri struktur penduduk pada tiap bentuk piramida :
1. Piramida Penduduk Expansif memiliki ciri-ciri
:
• Sebagian besar berada pada kelompok penduduk
muda,
• Kelompok usia tua jumlahnya sedikit,
• Tingkat kelahiran bayi tinggi,
• Pertumbuhan penduduk tinggi.
2. Piramida Penduduk Stasioner memiliki
ciri-ciri :
• Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama,
• Tingkat kelahiran rendah,
• Tingkat kematian rendah,
• Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau
lambat.
3. Piramida Penduduk Constructive memiliki ciri-ciri
:
• Sebagian besar penduduk berada kelompok usia
dewasa atau tua
• Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit
• Tingkat kelahiran lebih rendah dibanding
dengan tingkat kematian
• Pertumbuhan penduduk terus berkurang
III.
Hubungan antara masalah penduduk dengan perkembangan kebudayaan
Suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan dan masyarakat, akan membahayakan
kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada
dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan
kelompok atau masyarakat. Masalah penduduk muncul akibat terjadinya perbedaan
yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat
menjadi sumber masalah penduduk yaitu seperti proses sosial dan kebudayaan yang
berbeda-beda. Masalah penduduk itu sendiri akan menyebabkan pro dan kontra pada
perkembangan kebudayaan
Contoh Studi Kasus :
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili
di wilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka
yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan
penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: fertilitas, mortalitas dan
migrasi.
Perkembangan multimedia dan budaya menonton
yang tinggi di kalangan masyarakat Indonesia, dan menjadi bagian dari budaya
kita, merupakan tantangan yang harus dijawab. Kondisi ini memunculkan fenomena
menyusutnya budaya baca. Jumlah penerbit bertambah dan jumlah toko buku
bertambah, tetapi di sisi lain budaya baca harus terus dipicu dan dipacu.
Perkembangan sosial di Indonesia dimulai dengan
reformasi yang membawa perubahan terhadap tantanan kehidupan. Reformasi
merupakan suatu proses perbaikan dengan melakukan koreksi terhadap unsure-unsur
yang rusak, dengan tetap mempertahankan elemen budaya dasar yang masih fungsional,
tanpa merubah bentuk masyarakat dan budaya secara total dan mendasar.
Transformasi adalah perubahan yang sifatnya lebih cepat, total, mendasar dan
menyeluruh. Sedangkan deformasi merupakan kerusakan pada keteraturan sosial
tersebut. Perubahan yang cepat tersebut harus mampu mempertahankan “cultural
continuity”, dan disini suatu unsur yang amat perlu dipertahankan adalah
kesepakatan-kesepakatan nilai (commonality of values) yang pernah dicapai
selama lebih dari 60 tahun silam.
Akibat gejala sosiologis fundamental, maka
terjadi pergeseran-pergeseran yang diantaranya sebagai berikut:
1. Pergeseran Struktur Kekuasan: Otokrasi
Menjadi Oligarki Kekuasaan terpusat pada sekelompok kecil elit, sementara
sebagian besar rakyat (demos) tetap jauh dari sumber-sumber kekuasaan
(wewenang, uang, hukum, informasi dsb.). Krisis dlm representative democracy
dan civil society.
2. Kebencian Sosial Yang Tersembunyi
(Socio–Cultural Animosity). Pola konflik di Indonesia ternyata bukan hanya
terjadi antara pendukung fanatik Orba dengan pendukung Reformasi, tetapi justru
meluas antar suku, agama, kelas sosial, kampung dsb. Sifatnyapun bukan vertical
antara kelas atas dan bawah tetapi justru lebih sering horizontal, antara
rakyat kecil, sehingga konflik yang terjadi bukan konflik yang korektif tetapi
destruktif (tidak fungsional tetapi disfungsional). Kita menjadi “self
destroying nation”.
• Konflik sosial yang terjadi di Indonesia bukan
hanya konflik terbuka (manifest conflict) tetapi lebih berbahaya lagi adalah
“hidden atau latent conflict” antara berbagai golongan.
• Cultural animosity adalah suatu kebencian
budaya yang bersumber dari perbedaan ciri budaya tetapi juga perbedaan nasib
yang diberikan oleh sejarah masa lalu, sehingga terkandung unsur keinginan
balas dendam. Konflik tersembunyi ini bersifat laten karena terdapat mekanisme
sosialisasi kebencian yang berlangsung dihampir seluruh pranata sosialisasi
(agent of socialization) di masyarakat (mulai dari keluarga, sekolah, kampung,
tempat ibadah, media massa, organisasi massa, organisasi politik dsb
• Kita belum berhasil menciptakan kesepakatan
budaya (civic culture)
• Persoalannya adalah proses integrasi bangsa
kita yang kurang mengembangkan kesepakatan nilai secara alamiah dan
partisipatif (integrasi normatif), tetapi lebih mengandalkan pendekatan
kekuasaan (integrasi koersif)
0 comments:
Post a Comment